Perilaku konsumtif remaja merupakan tindakan yang
terlihat secara nyata dalam mendapatkan, mengkomsumsi, dan menghabiskan barang
hasil industri dan jasa tanpa batas dan lepas kendali yang ditandai dengan
kehidupan mewah dan berlebihan. Menurut pandangan behavioris, perilaku konsumtif
dapat digolongkan dalam bentuk penyimpangan perilaku. Karena perilku menyimpang
diartikan sebagai perilaku dan kebiasaan yang negatif atau dapat dikatakan
sebagai perilaku yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Munculnya perilaku menyimpang disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya
salah penyesuaian melalui proses interaksi dengan lingkungan, adanya
pembelajaran atau contoh yang salah dalam lingkungan dan ketidakseimbangan
antara kepribadian, tingkah laku dan lingkungan. Terbentuknya suatu perilaku dikarenakan
adanya pembelajaran, dimana perilaku itu akan dipertahankan atau dihilangkan
tergantung pada konsekuensi yang menyertainya. Penerapan konseling behaviorisme
Skinner berupa pemberian reinforcement,
reward dan punishment sebagai respon lingkungan merupakan salah satu
alternatif untuk memodifikasi dan mengurangi perilaku konsumtif remaja.
Kata
kunci : Perilaku konsumtif, Remaja dan Konseling Behavioral Skinner.
Globalisasi merupakan bentuk perkembangan yang tidak
bisa dihindari di segala lapisan masyarakat di manapun. Hal ini membuat dunia
seakan tanpa batas dan saling mempengaruhi satu sama lain. Contohnya selera
barat mulai mewarnai gaya hidup pada masyarakat Indonesia terlihat dari
berbagai bentuk perusahaan waralaba, department store, swalayan dan makanan
cepat saji.
Kemudahan
akses belanja ini mempengaruhi perilaku membeli masyarakat baik yang secara
langsung maupun melalui media massa. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk
melakukan pembelian yang hanya memenuhi kepuasan semata secara berlebihan yang
sifatnya untuk menaikkan prestise, menjaga gengsi, mengikuti mode dan berbagai
alasan yang kurang penting. Perilaku ini dinamakan perilaku konsumtif.
Perilaku konsumtif sering muncul di berbagai
kalangan terutama remaja. Karena tahapan perkembangan remaja merupakan bentuk usaha
mencari identitas diri dimana remaja tidak mau dianggap sebagai anak kecil
namun juga belum bisa diberi tanggung jawab seperti orang dewasa.
Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat
dimengerti bila melihat usia remaja sebaga usia peralihan dalam mencari
identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan
berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan
menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha
untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang in. Remaja dalam perkembangan
kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama
penting (bahkan lebih penting) dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh
seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru)
dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk
sampai pada kepopulerannya(Raymond Tambunan,2001). Hal ini membuat remaja masih
labil dan cepat terpengaruh oleh iklan baik dari media cetak maupun elektronik.
Selain faktor perkembangan psikologis pada remaja perilaku
konsumtif juga dipengaruhi bentuk respon lingkungan terutama keluarga dan
masyarakat terhadap perilaku yang muncul. Menurut Skinner (tahun) pemberian reinforcement, reward dan punishment dapat memodifikasi perilaku,
mengurangi frekuensi bahkan menghambat kemunculan perilaku yang tidak
diinginkan atau penyimpangan perilaku karena pada dasarnya perilaku manusia
dapat dikontrol melalui belajar sosial.
Bentuk reinforcement
bisa berasal dari lingkungan keluarga, teman sebaya maupun mayarakat. Bentuk reinforcement negatif dari keluarga
(orangtua) dilakukan dengan pemotongan uang saku, pemblokiran kartu kredit dan
teguran. Sedangkan reinforcement dari masyarakat dan teman sebaya berupa
celaan, perasaan teralinasi karena dianggap memiliki gaya hidup hedonis.
Reinforcement
ini merupakan alternatif untuk mengurangi perilaku konsumtif remaja. Karena
pada dasarnya remaja belajar mempertahankan eksistensi diri dan mencapai
aktualisasi diri dengan berprilaku konsumtif untuk menjadi bagian dari
masyarakat sehingga respon masyarakat menjadi motivasi utama apakah perilaku
konsumtif dipertahankan, dikurangi atau bahkan
dihentikan
Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan
dalam tulisan ini adalah (i) bagaimana teori konseling behavioral Skinner (ii) bagaimana
bentuk perilaku konsumtif (iii) apa yang dimaksud dengan remaja (iv)bagaimana
peranan konseling behavioral skinner dalam mengurangi perilaku konsumtif di kalangan
remaja.
Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi orangtua dan
remaja. Manfaat bagi orangtua untuk memperoleh rujukan bagaimana cara mengasuh
anak. Manfaat bagi remaja sebagai rujukan berperilaku.
Konseling
Behavioral Skinner
Asumsi
dasar tingkah laku individu dari psikologi behavioristis yakni tingkah laku itu
mengikuti hukum tertentu, artinya setiap peristiwa berhubungan secara teratur
dengan peristiwa lainnya, tingkah laku dapat diramalkan (diprediksikan) dan
tingkah laku manusia dapat dikontrol.(Alwisol, 2003:400)
Dari
paradigma behavioris tersebut lahirlah pendekatan konseling yang disebut dengan
konseling behavioral, yang menekankan aspek modifikasi perilaku. Salah satu
bentuk konseling behavioral yaitu pengkondisian operan (Skinner dalam Alwisol,
2003). Perumusan pengkondisian operan dari
skinner terbagi atas (i) tipe tingkah laku (ii) pengkondisian tingkah laku
operan (iii) kekuatan reinforcement dan (iv) ekstingsi dan hukuman.
Tipe tingkah laku dibedakan
menjadi tingkah laku responden (respondent
behavior) dan tingkah laku operan (operant behavior). Tingkah laku responden adalah respon atau tingkah laku
yang dibangkitkan atau dirangsang oleh stimulus tertentu. Tingkah laku
responden ini wujudnya adalah refleks. Contohnya: mata berkedip karena kena
debu, menarik tangan pada saat terkena sengatan setrum listrik. Berkedip debu
dan sengatan setrum adalah stimulus. Tingkah
laku operan (operant behavior)
adalah respon atau tingkah laku yang bersifat spontan (sukarela) tanpa stimulus
yang mendorongnya secara langsung. Tingkah laku ini ditentukan atau
dimodifikasi oleh reinforcement yang mengikutinya.
Teori yang dikembangkan Skinner terkenal dengan “Operant Conditioning”, yaitu bentuk
belajar yang menekankan respon-respon atau tingkah laku yang sukarela dikontrol
oleh konsekuen-konsekuennya. Proses “operant
conditioning” dijelaskan oleh Skinner melalui eksperimennya terhadap
tikus, yang terkenal dengan “Skinner
Box”. Berdasarkan eksperimennya, Skinner berkesimpulan bahwa “operant
conditioning” lebih banyak membentuk tingkah laku manusia dari pada “classical conditioning”, karena
kebanyakan respon-respon manusia lebih bersifat disengaja dari pada reflektif.
Skinner telah melalukan penelitian sederhana, namun mempunyai pengaruh yang
sangat besar, terutama terhadap pemikiran dalam psikologi.
Menurut Skinner kekuatan reinforcement terbagi atas
dua bentuk yakni reinforcement positif
dan reinforcement negatif. Reinforcement
positif memotivasi
banyak tingkah laku sehari-hari. Seperti anda belajar keras karena mendapat
nilai yang bagus, atau bekerja ekstra keras karena ingin memenangkan promosi.
Dalam kedua contoh ini, respon terjadi karena respon-respon mengarahkan pada
hasil-hasil yang positif di masa lalu. Reinsforcement negatif terjadi ketika respon
diperkuat (sering dilakukan), karena diikuti oleh stimulus yang dapat menyenangkan.
Reinsforcement ini memainkan peranan
dalam perkembangan kecenderungan-kecenderungan untuk menolak (menghindar). Pada
umumnya orang cenderung menghindar dari situasi yang kaku, atau masalah pribadi
yang sulit.
Ekstingsi dan hukuman terjadi ketika respon-respon yang
diperkuat mengakhiri dampak yang positif. Seperi anak yang suka melucu akan
menghentikan melucunya, apabila dia tidak lagi mendapatkan apresiasi atau
penghargaan dari teman-temannya. Beberapa respon mungkin dapat diperlemah
dengan hukuman. Menurut Skinner hukuman ini terjadi ketika respon diperlemah
(menurun frekuensinya dan bahkan menghilang), karena diikuti oleh kehadiran
stimulus yang tidak menyenangkan
Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif merupakan
tindakan yang terlihat secara nyata dalam mendapatkan, mengkomsumsi, dan
menghabiskan barang hasil industri dan jasa tanpa batas dan lepas kendali yang
ditandai dengan kehidupan mewah dan berlebihan. Bila dilihat dari sisi negatifnya, maka perilaku konsumtif
akan menimbulkan beragam dampak antara lain (i) pola hidup yang boros dan akan
menimbulkan kecemburuan sosial, karena orang akan membeli semua barang yang
diinginkan tanpa memikirkan harga barang tersebut murah atau mahal, barang
tersebut diperlukan atau tidak, sehingga bagi orang yang tidak mampu mereka
tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan yang seperti itu (ii) mengurangi
kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih banyak membelanjakan uangnya
dibandingkan menyisihkan untuk ditabung (iii) cenderung tidak memikirkan
kebutuhan yang akan datang, orang akan mengkonsumsi lebih banyak barang pada
saat sekarang tanpa berpikir kebutuhannya di masa datang.
Remaja
Istilah
adolescence atau remaja diartikan mencakup kematangan mental, emosional,
social, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (1921) dengan
mengatakan secara psikologis
masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,
usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah
hak. Secara tradisional masa remaja
dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan
emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pada periode
ini keinginan untuk mengeksistensi dan aktualisasi diri semakin meningkat agar
dirinya diakui oleh lingkungan. Sehingga, cenderung mudah untuk dipengaruhi dan
melakukan apa pun agar keberadaannya diterima lingkungan.
Peranan konseling behavioral
skinner dalam mengurangi perilaku konsumtif remaja
Perilaku
konsumtif dapat ditangani melalui konseling behavioral karena memenuhi asumsi
dasar dari bentuk tingkah laku manusia yang dipaparkan oleh teori belajar
sosial antara lain : (i) tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu, artinya setiap
peristiwa berhubungan secara teratur dengan peristiwa lainnya. Perilaku
konsumtif ini muncul karena mekanisme pertahanan diri yang negatif terhadap
tuntutan zaman. Hal ini menyebabkan adanya pergeseran bentuk kedudukan
kebutuhan dari sekunder menjadi primer dan tersier menjadi sekunder (ii) tingkah
laku dapat diramalkan (diprediksikan), artinya perilaku konsumtif biasanya
muncul karena adanya pengaruh dari lingkungan seperti kelonggaran yang
diberikan orang tua dalam aspek finansial, status ekonomi atau pengaruh dari
teman sebaya (iii)tingkah laku manusia dapat dikontrol, artinya perilaku
konsumtif dapat ditingkatkan maupun diturunkan intensitasnya tergantung dari
bagaimana respon lingkungan terhadap munculnya kecenderungan perilaku tersebut.
Penanganan
perilaku konsumtif remaja konseling behavioral dapat dilakukan dengan menerapkan
pendekatan teori operan conditioning. Perilaku konsumtif remaja pada dasarnya
masuk pada tipe tingkah laku operan karena perilaku ini tidak mendapat stimulus
secara langsung melainkan bentuk penyesuaian terhadap globalisasi. Motif
perilaku konsumtif remaja tersebut dalam rangka memenuhi kepuasan dan
eksistensi remaja untuk mencapai suatu bentuk aktualisasi dirinya. Dengan
demikian perilaku konsumtif remaja dapat dimodifikasi dengan reinforcement atau
hukuman yang akan mengikuti perilaku tersebut.
Pengamatan
yang telah dilakukan berkaitan dengan bentuk perilaku konsumtif remaja dapat
dilihat dari sikap mayoritas remaja terutama daerah perkotaan menjadikan mall
atau department store sebagai rumah
kedua. Mereka memanfaatkan fasilitas yang diberikan orang tua berupa kartu
kredit atau uang saku dalam jumlah besar untuk membeli barang yang sebenarnya
tidak perlu namun hanya untuk memenuhi gengsi, prestise dan untuk tampil beda
dengan lingkungannya.
Lingkungan
terutama keluarga harus mampu mengidentifikasi sejak dini gejala anak yang
mengacu pada perilaku konsumtif dengan melakukan pembatasan jumlah uang saku
sesuai dengan kebutuhan atau tidak memberikan fasilitas kartu kredit pada anak.
Namun, jika remaja terlanjur mempunyai perilaku konsumtif orang tua bisa mengkonsultasikan
bagaimana bentuk penanganan terhadap perilaku tersebut.
Sebagai
konselor behavioral Skinner dalam menangani perilaku konsumtif remaja dapat
dilakukan dengan dua bentuk pemberian reinforcement
yakni secara langsung dan tidak langsung melalui beragam teknik. Secara
langsung dilakukan face to face antara
konselor dengan remaja yang bersangkutan. Bentuk teknik yang digunakan berupa kontrak
perilaku yang didasarkan pada pandangan bahwa penghentian perilaku menyimpang
pada remaja harus disertai dengan hadiah tertentu sesuai dengan kontrak yang
disepakati dan sebaliknya. Dalam hal ini individu mengantisipasi perubahan
perilaku dikarenakan persetujuan bahwa konsekuensi akan muncul jika terjadi
pelanggaran kontrak. Dalam teknik ini konselor memilih perilaku realistik dan
dapat diterima oleh kedua belah pihak misalnya jika bisa menabung dengan jumlah
ditentukan dalam jangka satu bulan akan mendapat reward. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan kesepakatan, hadiah
dapat diberikan kepada remaja. Dalam terapi ini reinforcement positif terhadap perilaku ingin dibentuk lebih
dipentingkan daripada pemberian hukuman jika perilaku tersebut tidak
dilaksanakan
Pemberian
reinforcement secara tidak langsung
dilakukan dengan bentuk konsultasi orangtua pada konselor. Sehingga
pengendalian perilaku anak dilakukan oleh orang tua. Konselor menyarankan
penerapan teknik pengkondisian aversi untuk meredakan perilaku yang tidak
diinginkan dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan sehingga
perilaku yang tidak diinginkan tidak muncul. Stimulus yang tidak menyenangkan
diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak diinginkan.
Stimulus
untuk menghentikan perilaku dapat dilakukan dengan memberikan teguran,
pemotongan uang saku, atau bahkan penghentian seluruh fasilitas material yang
diberikan orangtua. Stimulus ini bisa dikatakan sebagai sebuah hukuman, hal itu
lebih baik agar anak terbiasa dengan sikap tersebut dan tidak berpikir segala
permintaannya akan dikabulkan. Hal ini merupakan bentuk memanipulasi pikiran remaja,
tujuannya untuk mendistraksi pikiran si remaja tersebut.
Sedangkan
reinforcement yang tidak terkondisi
datang dari lingkungan masyarakat atau teman sebaya. Biasanya reinforcement ini muncul karena adanya
kecemburuan sosial yang mengarah pada celaan atau gunjingan bahkan membuat
individu merasa teralinasi (sendirian).
Dengan
berbagai respon dari semua aspek lingkungan, remaja akan menjadikan hal
tersebut sebagai sebuah pengalaman dan proses belajar sosial dengan merevisi
perilaku konsumtif yang dianggap menyimpang dan mencapai sebuah good
adjustment.
Kesimpulan
Remaja
merupakan tahapan paling labil dalam proses perkembangan psikologi individu.
Periode ini membuat remaja memiliki keinginan untuk eksistansi diri dan
diterima dalam masyarakat. Remaja cepat terpengaruh terhadap stimulus dari
lingkungan sekitar sebagai bentuk tindakan mencari identitas diri. Sehingga
ketika globalisasi tidak bisa dielakkan lagi di setiap wilayah, remaja
merupakan sasaran utama produsen untuk menjual produk baik dari media online,
cetak maupun elektronik. Hal ini menimbulkan perilaku konsumtif di kalangan
remaja.
Konseling
behavioral skinner merupakan rujukan untuk memodifikasi dan mengurangi
intensitas perilaku konsumtif remaja. Karena pendekatan teori ini mengemukakan
bahwa terbentuknya suatu perilaku dikarenakan adanya pembelajaran, dimana
perilaku itu akan dipertahankan atau dihilangkan tergantung pada konsekuensi
yang menyertainya. Pendekatan konseling ini menggunakan reinforcement sebagai respon masyarakat terhadap perilaku konsumtif
baik di lingkunan keluarga, teman maupun masyarakat agar memberikan suatu
pembelajaran bentuk berperilaku pada remaja.
Saran
Orangtua
harus selalu tanggap terhadap setiap bentuk perilaku yang ditampilkan oleh anak
terutama di usia remaja. Karena dalam usia ini anak akan cenderung untuk
melakukan apa pun agar dirinya bisa dianggap setara dengan orang dewasa. Oleh
karena itu, respon lingkungan terutama keluarga akan menjadi bentuk evaluasi
sikap pada diri anak.
Best Online Casino Sites - ChoegoCasino
BalasHapusDiscover the best online casino sites in 2021 and get the best no 바카라 deposit casino bonuses for our 카지노 top slots titles septcasino & live casino,