Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan lonjakan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, membuat dunia terasa transparan, sempit dan seakan tanpa batas. Akibatnya, ditemui suatu kenyataan masalah sosial-budaya yang sudah melekat pada mayoritas pemuda. Hal ini erat kaitannya dengan realita kehidupan masyarakat yang majemuk, sehingga pergaulan hidupnya sering dipenuhi konflik baik sesama muslim maupun dengan non-muslim.
Sikap pemuda Indonesia yang lebih mengarah pada westernisasi bukan pada modernisasi, menempatkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang semi naturalis. Di sisi lain, Indonesia juga banyak mengambil ideologi yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa, sehingga muncul banyak masalah yang sangat memprihatinkan dalam berbagai bidang.
Dalam bidang politik banyak partai yang mengatasnamakan islam tapi anggota parlemennya tidak sesuai dengan nilai-nilai qur’ani karena pragmatis dan oportunis. Hanya berteriak-teriak keislaman tapi hasilnya kosong. Contohnya : Bentrok antar parpol berlabel islam.
Dalam bidang sosial muncul beragam karakter pemuda yang negatif seperti :
v Jiwa feodal artinya hanya bergantung dan menurut apa kata pimpinan dengan prinsip “asal dia aman”. Contohnya : Seorang pembantu rumah tangga yang hanya diam ketika mendapat pelecehan seksual dari majikannya, hanya karena takut dipecat.
v Artistik yang eksotik artinya pengembangan nilai-nilai budaya lebih mengarah pada budaya westernisasi bangsa barat. Contohnya : Kasus video porno para artis yang baru-baru ini menggemparkan masyarakat.
v Takut berbeda pendapat artinya mayoritas pemuda kurang memiliki pendirian yang teguh dan keyakinan pada kepercayaan yang mereka yakini. Contohnya : Hanya diam ketika dalam forum diskusi pendapatnya tidak sesuai dengan keputusan akhir.
v Pelanggaran norma-norma contohnya penyalahgunaan narkoba, obat-obat terlarang, kasus kriminalitas dan tidak terorisme yang sedang membuming
v Mengutamakan hasil daripada proses artinya tidak perduli halal ataupun haram langkah yang mereka tempuh asalkan mereka mendapat yang nmereka inginkan. Contohnya kasus korupsi Gayus yang menjadikan pegawai negeri golongan IIIA seorang milyader.
v Budaya barat tehnik timur, seemakin berkembang dalam diri pemuda. Mereka cenderung mengikuti arus globalisasi tanpa adanya pemikiran maju. Akhirnya yang mereka mendapat etik budaya barat tapi tetap berteknik timur. Contohnya : mayoritas pemudi banyak memakai pakaian yang mini dan gaya hidup hedonis tapi tidak mampu menemukan temuan baru yang bermanfaat.
Dalam bidang ekonomi adopsi sistem kapitalisme banyak melahirkan koruptor-koruptor kelas kakap yang menganggap dirinya merupakan pusat kepemimpinan.
Hal ini memunculkan pemikiran untuk merovolusi dan mere-orientasi karakter dan pandangan hidup pemuda. Pertanyaan besar yang muncul di kalangan muslim saat ini bagaimana peranan iman dan takwa dalam menyesuaikan diri dengan tantangan kehidupan namun tetap mempertahankan jati diri sebagai bangsa timur.
Pengaruh iman dan takwa dalam mengontrol kehidupan manusia, terutama dalam menghadapi arus globalisasi dapat diimplementasikan antara lain :
1) Iman dan takwa melenyapkankan kepercayaan benda
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuasaan Allah. Jika Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalanginya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatan pun yang dapat mencegahnya. Kepercayaan yang demikian menghilangkan sifat mendewakan manusia yang sedang berkuasa, Hal ini difirmankan Allah dalam QS Al maaidah : 76 yang berarti “Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Hal ini akan sedikit mengikis jiwa feodal pemuda muslim untuk hanya takut kepada Allah, dan berani menentukan pilihan yang memang benar dalam norma dan nilai.
2) Iman dan takwa menanamkan semangat berani membela yang benar
Mayoritas orang tidak berani mengemukakan pendapat mereka tentang kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa dirinya akan selalu mendapat perlindungan dari Allah jika mereka tidak menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan islam. Pegangan orang beriman mengenai perlindungan tersebut adalah firman Allah QS Al Baqarah : 38 yang berarti “ Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.". Hal ini akan menumbuhkan sikap berani mengemukakan pendapat tidak hanya diam dan ikut melaksanakan keputusan padahal keputusan tersebut tidak sesuai dengan hati nuraninya.
3) Iman dan takwa menanamkan sikap percaya pada kemampuan diri
Mayoritas orang memandang kebutuhan ekonomi adalah hal yang utama dalam hidupnya, mereka rela menjual segala yang mereka punya tanpa berusaha terlebih dahulu memanfaatkan potensi mereka untuk sebuah usaha kemandirian. Padahal dalam ajaran islam Allah telah menjamin rezeki seseorang asalkan orang tersebut mau berusaha. Pegangan orang islam dalam hal ini adalah QS Thaahaa : 132 yang artinya “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”. Implementasi keimanan ini jika teramalkan akan mengikis sikap mengutamakan hasil daripada proses, sehingga tindak kecurangan-kecurangan seperti korupsi dapat teratasi secara perlahan.
4) Iman dan takwa memberikan ketenangan jiwa
Seringkali orang dilanda keresahan dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman hatinya tentram, mempunyai keseimbangan, dan jiwanya tenang karena Allah telah menjajikan pada umat muslim bahwa setiap kebaikan yang mereka tanam pasti akan menuai hasil yang baik. Penyerahan diri kepada Allah dan percaya pada qadha’ dan qadar, dengan senantiasa berdoa, bersabar dan memohon rahmat Allah akan yakin bahwa Allah akan mengabulkan doanya, meneguhkan hatinya, serta memberinya kemenangan. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS Al-Ra’du : 28 yang artinya “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram”. Dengan ketentraman hati, pemikiran akan semakin jernih dan dapat menciptakan inovasi-inovasi baru yang dapat mengembangkan kegiatan kewirausahaan generasi muda.
5) Iman dan takwa melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Keimanan dan ketakwaan membuat seseorang selalu berbuat ikhlas , tanpa pamrih kecuali keridhaan Allah. Orang yang mendengarkan kata hatinya akan melaksanakannya berdasarkan moral dan bertanggungjawab terhadap konsekuensi yang harus diterimanya. Firman Allah yang menegaskan sikap ikhlas terdapat pada QS Al’ An’am : 62 yang artinya “Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. Hal ini mendorong sikap saling bekerjasama antar umat agama, sehingga dalam menghadapi arus globalisasi tercipta keseimbangan sosial ekonomi masyarakat. Pada akhirnya arus globalisasi akan membawa manfaat perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang merata pada tiap individu.
6) Iman dan takwa memberikan keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS Al-Baqarah : 5 yang artinya “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. Hal ini akan menanamkan sikap optimis pemuda dalam menghadapi arus globalisasi, mereka akan yakin dengan berbekal iman dan takwa dan mengembangkan potensi membangun life skill, memperluas wawasan dan menumbuhkan identitas rasional yang mereka miliki, mereka tidak akan tertinggal dengan kemajuan zaman.
Setelah menguraikan bagaimana besarnya peranan iman dan takwa dalam merevolusi dan mengorientasi karakter negatif pemuda sebagai generasi penerus bangsa, seharusnya iman dan takwa dijadikan pedoman hidup dan dasar pengembangan individu. Hal ini diharapkan pemuda muslim mampu mengubah karakter negatif dalam dirinya dan dapat menyelaraskan diri dengan kemajuan globalisasi yang mengarah pada modernisasi bukan westernisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar