Kamis, 29 Maret 2012

Peranan Konseling Behavioral Skinner dalam Mengurangi Perilaku Konsumtif Remaja


Perilaku konsumtif remaja merupakan tindakan yang terlihat secara nyata dalam mendapatkan, mengkomsumsi, dan menghabiskan barang hasil industri dan jasa tanpa batas dan lepas kendali yang ditandai dengan kehidupan mewah dan berlebihan. Menurut pandangan behavioris, perilaku konsumtif dapat digolongkan dalam bentuk penyimpangan perilaku. Karena perilku menyimpang diartikan sebagai perilaku dan kebiasaan yang negatif atau dapat dikatakan sebagai perilaku yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Munculnya perilaku menyimpang disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya salah penyesuaian melalui proses interaksi dengan lingkungan, adanya pembelajaran atau contoh yang salah dalam lingkungan dan ketidakseimbangan antara kepribadian, tingkah laku dan lingkungan. Terbentuknya suatu perilaku dikarenakan adanya pembelajaran, dimana perilaku itu akan dipertahankan atau dihilangkan tergantung pada konsekuensi yang menyertainya. Penerapan konseling behaviorisme Skinner berupa pemberian reinforcement, reward dan punishment sebagai respon lingkungan merupakan salah satu alternatif untuk memodifikasi dan mengurangi perilaku konsumtif remaja.

Kata kunci : Perilaku konsumtif, Remaja dan Konseling Behavioral Skinner.

Globalisasi merupakan bentuk perkembangan yang tidak bisa dihindari di segala lapisan masyarakat di manapun. Hal ini membuat dunia seakan tanpa batas dan saling mempengaruhi satu sama lain. Contohnya selera barat mulai mewarnai gaya hidup pada masyarakat Indonesia terlihat dari berbagai bentuk perusahaan waralaba, department store, swalayan dan makanan cepat saji.
 Kemudahan akses belanja ini mempengaruhi perilaku membeli masyarakat baik yang secara langsung maupun melalui media massa. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk melakukan pembelian yang hanya memenuhi kepuasan semata secara berlebihan yang sifatnya untuk menaikkan prestise, menjaga gengsi, mengikuti mode dan berbagai alasan yang kurang penting. Perilaku ini dinamakan perilaku konsumtif.
Perilaku konsumtif sering muncul di berbagai kalangan terutama remaja. Karena tahapan perkembangan remaja merupakan bentuk usaha mencari identitas diri dimana remaja tidak mau dianggap sebagai anak kecil namun juga belum bisa diberi tanggung jawab seperti orang dewasa.
Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebaga usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang in. Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama penting (bahkan lebih penting) dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya(Raymond Tambunan,2001). Hal ini membuat remaja masih labil dan cepat terpengaruh oleh iklan baik dari media cetak maupun elektronik.
Selain faktor perkembangan psikologis pada remaja perilaku konsumtif juga dipengaruhi bentuk respon lingkungan terutama keluarga dan masyarakat terhadap perilaku yang muncul. Menurut Skinner (tahun) pemberian reinforcement, reward dan punishment dapat memodifikasi perilaku, mengurangi frekuensi bahkan menghambat kemunculan perilaku yang tidak diinginkan atau penyimpangan perilaku karena pada dasarnya perilaku manusia dapat dikontrol melalui belajar sosial.
Bentuk reinforcement bisa berasal dari lingkungan keluarga, teman sebaya maupun mayarakat. Bentuk reinforcement negatif dari keluarga (orangtua) dilakukan dengan pemotongan uang saku, pemblokiran kartu kredit dan teguran. Sedangkan reinforcement dari masyarakat dan teman sebaya berupa celaan, perasaan teralinasi karena dianggap memiliki gaya hidup hedonis.
Reinforcement ini merupakan alternatif untuk mengurangi perilaku konsumtif remaja. Karena pada dasarnya remaja belajar mempertahankan eksistensi diri dan mencapai aktualisasi diri dengan berprilaku konsumtif untuk menjadi bagian dari masyarakat sehingga respon masyarakat menjadi motivasi utama apakah perilaku konsumtif  dipertahankan, dikurangi atau bahkan dihentikan
Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan dalam tulisan ini adalah (i) bagaimana teori konseling behavioral Skinner (ii) bagaimana bentuk perilaku konsumtif (iii) apa yang dimaksud dengan remaja (iv)bagaimana peranan konseling behavioral skinner dalam mengurangi perilaku konsumtif di kalangan remaja.
Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi orangtua dan remaja. Manfaat bagi orangtua untuk memperoleh rujukan bagaimana cara mengasuh anak. Manfaat bagi remaja sebagai rujukan berperilaku.
Konseling Behavioral Skinner
Asumsi dasar tingkah laku individu dari psikologi behavioristis yakni tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu, artinya setiap peristiwa berhubungan secara teratur dengan peristiwa lainnya, tingkah laku dapat diramalkan (diprediksikan) dan tingkah laku manusia dapat dikontrol.(Alwisol, 2003:400)
Dari paradigma behavioris tersebut lahirlah pendekatan konseling yang disebut dengan konseling behavioral, yang menekankan aspek modifikasi perilaku. Salah satu bentuk konseling behavioral yaitu pengkondisian operan (Skinner dalam Alwisol, 2003). Perumusan pengkondisian operan dari skinner terbagi atas (i) tipe tingkah laku (ii) pengkondisian tingkah laku operan (iii) kekuatan reinforcement dan (iv) ekstingsi dan hukuman.
Tipe tingkah laku dibedakan menjadi tingkah laku responden (respondent behavior) dan tingkah laku operan (operant behavior). Tingkah laku responden adalah respon atau tingkah laku yang dibangkitkan atau dirangsang oleh stimulus tertentu. Tingkah laku responden ini wujudnya adalah refleks. Contohnya: mata berkedip karena kena debu, menarik tangan pada saat terkena sengatan setrum listrik. Berkedip debu dan sengatan setrum adalah stimulus. Tingkah laku operan (operant behavior) adalah respon atau tingkah laku yang bersifat spontan (sukarela) tanpa stimulus yang mendorongnya secara langsung. Tingkah laku ini ditentukan atau dimodifikasi oleh reinforcement yang mengikutinya.
Teori yang dikembangkan Skinner terkenal dengan “Operant Conditioning”, yaitu bentuk belajar yang menekankan respon-respon atau tingkah laku yang sukarela dikontrol oleh konsekuen-konsekuennya. Proses “operant conditioning” dijelaskan oleh Skinner melalui eksperimennya terhadap tikus, yang terkenal dengan “Skinner Box”. Berdasarkan eksperimennya, Skinner berkesimpulan bahwa “operant conditioning” lebih banyak membentuk tingkah laku manusia dari pada “classical conditioning”, karena kebanyakan respon-respon manusia lebih bersifat disengaja dari pada reflektif. Skinner telah melalukan penelitian sederhana, namun mempunyai pengaruh yang sangat besar, terutama terhadap pemikiran dalam psikologi.
Menurut Skinner kekuatan reinforcement terbagi atas dua bentuk yakni reinforcement positif dan reinforcement negatif. Reinforcement positif memotivasi banyak tingkah laku sehari-hari. Seperti anda belajar keras karena mendapat nilai yang bagus, atau bekerja ekstra keras karena ingin memenangkan promosi. Dalam kedua contoh ini, respon terjadi karena respon-respon mengarahkan pada hasil-hasil yang positif di masa lalu. Reinsforcement negatif terjadi ketika respon diperkuat (sering dilakukan), karena diikuti oleh stimulus yang dapat menyenangkan. Reinsforcement ini memainkan peranan dalam perkembangan kecenderungan-kecenderungan untuk menolak (menghindar). Pada umumnya orang cenderung menghindar dari situasi yang kaku, atau masalah pribadi yang sulit.
Ekstingsi dan hukuman terjadi ketika respon-respon yang diperkuat mengakhiri dampak yang positif. Seperi anak yang suka melucu akan menghentikan melucunya, apabila dia tidak lagi mendapatkan apresiasi atau penghargaan dari teman-temannya. Beberapa respon mungkin dapat diperlemah dengan hukuman. Menurut Skinner hukuman ini terjadi ketika respon diperlemah (menurun frekuensinya dan bahkan menghilang), karena diikuti oleh kehadiran stimulus yang tidak menyenangkan
Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif merupakan tindakan yang terlihat secara nyata dalam mendapatkan, mengkomsumsi, dan menghabiskan barang hasil industri dan jasa tanpa batas dan lepas kendali yang ditandai dengan kehidupan mewah dan berlebihan. Bila dilihat dari sisi negatifnya, maka perilaku konsumtif akan menimbulkan beragam dampak antara lain (i) pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial, karena orang akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa memikirkan harga barang tersebut murah atau mahal, barang tersebut diperlukan atau tidak, sehingga bagi orang yang tidak mampu mereka tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan yang seperti itu (ii) mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih banyak membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk ditabung (iii) cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang, orang akan mengkonsumsi lebih banyak barang pada saat sekarang tanpa berpikir kebutuhannya di masa datang.  
Remaja
Istilah adolescence atau remaja diartikan mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (1921) dengan mengatakan secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pada periode ini keinginan untuk mengeksistensi dan aktualisasi diri semakin meningkat agar dirinya diakui oleh lingkungan. Sehingga, cenderung mudah untuk dipengaruhi dan melakukan apa pun agar keberadaannya diterima lingkungan.
Peranan konseling behavioral skinner dalam mengurangi perilaku konsumtif remaja
Perilaku konsumtif dapat ditangani melalui konseling behavioral karena memenuhi asumsi dasar dari bentuk tingkah laku manusia yang dipaparkan oleh teori belajar sosial antara lain : (i) tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu, artinya setiap peristiwa berhubungan secara teratur dengan peristiwa lainnya. Perilaku konsumtif ini muncul karena mekanisme pertahanan diri yang negatif terhadap tuntutan zaman. Hal ini menyebabkan adanya pergeseran bentuk kedudukan kebutuhan dari sekunder menjadi primer dan tersier menjadi sekunder (ii) tingkah laku dapat diramalkan (diprediksikan), artinya perilaku konsumtif biasanya muncul karena adanya pengaruh dari lingkungan seperti kelonggaran yang diberikan orang tua dalam aspek finansial, status ekonomi atau pengaruh dari teman sebaya (iii)tingkah laku manusia dapat dikontrol, artinya perilaku konsumtif dapat ditingkatkan maupun diturunkan intensitasnya tergantung dari bagaimana respon lingkungan terhadap munculnya kecenderungan perilaku tersebut.
Penanganan perilaku konsumtif remaja konseling behavioral dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan teori operan conditioning. Perilaku konsumtif remaja pada dasarnya masuk pada tipe tingkah laku operan karena perilaku ini tidak mendapat stimulus secara langsung melainkan bentuk penyesuaian terhadap globalisasi. Motif perilaku konsumtif remaja tersebut dalam rangka memenuhi kepuasan dan eksistensi remaja untuk mencapai suatu bentuk aktualisasi dirinya. Dengan demikian perilaku konsumtif remaja dapat dimodifikasi dengan reinforcement atau hukuman yang akan mengikuti perilaku tersebut.
Pengamatan yang telah dilakukan berkaitan dengan bentuk perilaku konsumtif remaja dapat dilihat dari sikap mayoritas remaja terutama daerah perkotaan menjadikan mall atau department  store sebagai rumah kedua. Mereka memanfaatkan fasilitas yang diberikan orang tua berupa kartu kredit atau uang saku dalam jumlah besar untuk membeli barang yang sebenarnya tidak perlu namun hanya untuk memenuhi gengsi, prestise dan untuk tampil beda dengan lingkungannya.
Lingkungan terutama keluarga harus mampu mengidentifikasi sejak dini gejala anak yang mengacu pada perilaku konsumtif dengan melakukan pembatasan jumlah uang saku sesuai dengan kebutuhan atau tidak memberikan fasilitas kartu kredit pada anak. Namun, jika remaja terlanjur mempunyai perilaku konsumtif orang tua bisa mengkonsultasikan bagaimana bentuk penanganan terhadap perilaku tersebut.
Sebagai konselor behavioral Skinner dalam menangani perilaku konsumtif remaja dapat dilakukan dengan dua bentuk pemberian reinforcement yakni secara langsung dan tidak langsung melalui beragam teknik. Secara langsung dilakukan face to face antara konselor dengan remaja yang bersangkutan. Bentuk teknik yang digunakan berupa kontrak perilaku yang didasarkan pada pandangan bahwa penghentian perilaku menyimpang pada remaja harus disertai dengan hadiah tertentu sesuai dengan kontrak yang disepakati dan sebaliknya. Dalam hal ini individu mengantisipasi perubahan perilaku dikarenakan persetujuan bahwa konsekuensi akan muncul jika terjadi pelanggaran kontrak. Dalam teknik ini konselor memilih perilaku realistik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak misalnya jika bisa menabung dengan jumlah ditentukan dalam jangka satu bulan akan mendapat reward. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan kesepakatan, hadiah dapat diberikan kepada remaja. Dalam terapi ini reinforcement positif terhadap perilaku ingin dibentuk lebih dipentingkan daripada pemberian hukuman jika perilaku tersebut tidak dilaksanakan
Pemberian reinforcement secara tidak langsung dilakukan dengan bentuk konsultasi orangtua pada konselor. Sehingga pengendalian perilaku anak dilakukan oleh orang tua. Konselor menyarankan penerapan teknik pengkondisian aversi untuk meredakan perilaku yang tidak diinginkan dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan sehingga perilaku yang tidak diinginkan tidak muncul. Stimulus yang tidak menyenangkan diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak diinginkan.
Stimulus untuk menghentikan perilaku dapat dilakukan dengan memberikan teguran, pemotongan uang saku, atau bahkan penghentian seluruh fasilitas material yang diberikan orangtua. Stimulus ini bisa dikatakan sebagai sebuah hukuman, hal itu lebih baik agar anak terbiasa dengan sikap tersebut dan tidak berpikir segala permintaannya akan dikabulkan. Hal ini merupakan bentuk memanipulasi pikiran remaja, tujuannya untuk mendistraksi pikiran si remaja tersebut.
Sedangkan reinforcement yang tidak terkondisi datang dari lingkungan masyarakat atau teman sebaya. Biasanya reinforcement ini muncul karena adanya kecemburuan sosial yang mengarah pada celaan atau gunjingan bahkan membuat individu merasa teralinasi (sendirian).
Dengan berbagai respon dari semua aspek lingkungan, remaja akan menjadikan hal tersebut sebagai sebuah pengalaman dan proses belajar sosial dengan merevisi perilaku konsumtif yang dianggap menyimpang dan mencapai sebuah good adjustment.
Kesimpulan
Remaja merupakan tahapan paling labil dalam proses perkembangan psikologi individu. Periode ini membuat remaja memiliki keinginan untuk eksistansi diri dan diterima dalam masyarakat. Remaja cepat terpengaruh terhadap stimulus dari lingkungan sekitar sebagai bentuk tindakan mencari identitas diri. Sehingga ketika globalisasi tidak bisa dielakkan lagi di setiap wilayah, remaja merupakan sasaran utama produsen untuk menjual produk baik dari media online, cetak maupun elektronik. Hal ini menimbulkan perilaku konsumtif di kalangan remaja.
Konseling behavioral skinner merupakan rujukan untuk memodifikasi dan mengurangi intensitas perilaku konsumtif remaja. Karena pendekatan teori ini mengemukakan bahwa terbentuknya suatu perilaku dikarenakan adanya pembelajaran, dimana perilaku itu akan dipertahankan atau dihilangkan tergantung pada konsekuensi yang menyertainya. Pendekatan konseling ini menggunakan reinforcement sebagai respon masyarakat terhadap perilaku konsumtif baik di lingkunan keluarga, teman maupun masyarakat agar memberikan suatu pembelajaran bentuk berperilaku pada remaja.
 Saran
Orangtua harus selalu tanggap terhadap setiap bentuk perilaku yang ditampilkan oleh anak terutama di usia remaja. Karena dalam usia ini anak akan cenderung untuk melakukan apa pun agar dirinya bisa dianggap setara dengan orang dewasa. Oleh karena itu, respon lingkungan terutama keluarga akan menjadi bentuk evaluasi sikap pada diri anak.

1 komentar:

  1. Best Online Casino Sites - ChoegoCasino
    Discover the best online casino sites in 2021 and get the best no 바카라 deposit casino bonuses for our 카지노 top slots titles septcasino & live casino,

    BalasHapus